Sabtu, 19 November 2016

PUNGLI
Ketika banyak media yang memberitakan bahwa kasus pungli lagi giat-giatnya diberantas oleh pemerintah, baik itu provinsi , kabupaten, kodya, kecamatan maupun sampai dengan kelurahan, saya jadi teringat sebuah kisah tentang kita beberapa belasan tahun silam...eitss salah, maksudnya 'sebuah kisah tentang sang pungli'. hehe

Ada salah seorang anak muda yang lagi sibuk melamar pekerjaan demi masa depannya. Untuk melamar dia butuh beberapa administrasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Baik itu surat lamaran, ijasah, curiculum vitae dan beberapa dokumen dokumen lainya. Suatu ketika dia harus mengurus suatu dokumen ke instasi tertentu. Datang dari rumah pagi hari, karena takut antri dan jarak yang lumayan jauh pula. Bermodalkan bis angkutan antar kota dalam propinsi, dia pergi menuju TKP. Sesampainya di lokasi diapun langsung menuju ketempat pengurusan surat tersebut. Sebenarnya sih sudah sering ketempat ini, jadi gak terlalu awam untuk ruangan yang harus di datanginya untuk mendapatkan surat tersebut. Tibalah gilirannya untuk melakukan proses pengurusan. Menunggu beberapa saat untuk mengambil surat yang telah di TTD atasan instansi tersebut. Setelah selesai proses TTD tibalah saatnya kita mengambil dan terjadilah sebuah perbincangan. "Disini administrasinya seikhlasnya", kata sang petugas. Sang pemuda pun melihat isi dompetnya. Lipatan demi lipatan dompet dia periksa. Tak berubah juga isinya. Dia pun bertanya pada dirinya sendiri, " Kalo aku kasih yang ini apa entar pak petugas ngasih kembalian?, terus ntar aku pulang pake apa kalo ini ga ada kembaliannya." Akhirnya sang pemuda ga jadi ngasih uang yang ini tapi ngasih uang yang itu, hehe.. yang agak kecilan maksudnya. Sontak do'i pun kaget mendengar ucapan dari sang petugas yang berkata, " Udah... ga usah bawa saja !!!" . Sang pemuda akhirnya keluar dari ruangan sambil merasa aneh. Ini orang minta seikhlasnya, giliran di kasih  bilang ga usah. Mungkin sang petugas merasa terhina atau apalah. Padahal bukan maksudnya menghina. Tetapi memang hanya itu yang sanggup ia berikan.

Sebuah pelajaran yang dapat kita petik, bahwa sang PUNGLIPUN ternyata punya target. Mungkin target beli mobil , target beli rumah dan lain - lain dll dll dll.
Mereka sudah di bayar dengan uang rakyat , kok masih juga minta-minta kepada rakyat. Masih banyak saudara-saudara kita yang sebenarnya lebih membutuhkan ulur tangan kita. Tetapi mereka tidak mau untuk meminta minta. Bukan karna mereka gengsi atau mereka sok mampu, tapi karna mereka malu. Bersyukur dengan apa yang ia terima dan mampu untuk dikerjakan, sehingga hasil yang didapatkan merupakan standart halal.
Dapat dikatakan bahwa pungli adalah kejahatan. walaupun toh tidak memaksa sifatnya, namun ini adalah sebuah penyakit yang bisa menular dan turun temurun. Maka saya setuju dengan tindakan yang dilakukan pemerintah saat ini, yaitu memberantas pungli sampai ke akar-akarnya.

Jika kita menengok jauh ke belakang, dijaman kerajaan  dahulu ada yang namanya upeti. Upeti adalah sebuah pemberian dari rakyat kepada pemimpinnya yang wajib diserahkan baik berupa barang maupun uang dikala itu. Upeti juga bisa diberikan dari bawahan kepada sang penguasa sebagai jaminan keamanan bagi dirinya, agar terhindar dari siksa maupun intervensi-intervensi lain di kala itu. Mungkin inilah akar dari pungli, yang ternyata sudah mendarah daging sejak dahulu kala.

Semoga dengan niat dan keinginan yang baik dari pemerintah, permasalahan ini bisa diselesaikan dengan bijak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME.
Aaaminn..


0 komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Phone :

+62 812 9688 6285

Address :

Cilacap, Gunung Simping
Center Java

Email :

innal.djava@gmail.com